BAB I
Pendahuluan
A. Latar belakanga
Pernahkah Anda tiba-tiba bertemu dengan seseorang yang sudah berpisah lima enam tahun dengan Anda? Ada yang berubah.... Itu pasti yang ada dalam benak Anda. Entah penampilan fisik, pembawaan dirinya, atau pola pikirnya. Dalam rentang kehidupan manusia, proses perkembangan terjadi. Perkembangan adalah serangkaian proses progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman (Hurlock, 1993:2). Manusia selalu dinamis dan semenjak pembuahan sampai ajal selalu terjadi perubahan.Dalam rentang kehidupannya, manusia melewati tahap-tahap perkembangan dimana setiap tahap memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasai dan diselesaikan. Sebagian besar dari kita ingin berusaha menguasai dan menyelesaikannya pada waktu yang tepat . Beberapa orang dapat berhasil, sedangkan yang lain kemungkinan tidak berhasil atau terlalu cepat dari tahap yang seharusnya.
B. Rumusan masalah
1. Perkembangan kehidupan pribadi sebagai individu
2. Perkembangan Kehidupan pribadi Pendidikan dan Karier
BAB II
Perkembangan kehidupan pribadi
A. Perkembangan Kehidupan Pribadi sebagai Individu
1. Pengertian Kehidupan Pribadi dan Karakteristiknya
Kehidupan pribadi sukar untuk dirumuskan, ia amat kompleks dan unik. Pada hakikatnya manusia merupakan pribadi yang utuh dan memiliki sifat-sifat sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam kedudukannya sebagai makhluk individu, seseorang menyadari bahwa dalam kehidupannya memiliki kebutuhan yang diperuntukkan bagi kepentingan diri pribadi, baik fisik maupun nonfisik. Kebutuhan diri pribadi tersebut meliputi kebutuhan fisik dan kebutuhan sosio-psikologis. Dalam pertumbuhan fisiknya, manusia memerlukan kekuatan dan daya tahan tubuh serta perlindungan keamanan fisiknya. Kondisi fisik amat penting dalam perkembangan dan pembentukan pribadi seseorang.
Kehidupan pribadi seseorang individu merupakan kehidupan yang utuh dan lengkap dan memiliki cirri khusus dan unik. Kehidupan pribadi seseorang menyangkut berbagai aspek, antara lain aspek emosional, sosial psikologis dan sosial budaya, dan kemampuan intelektual yang terpadu secara integrative dengan factor lingkungan kehidupan. Pada awal kehidupannya dalam rangka menuju pola kehidupan pribadi yang lebih mantap, seorang individu berupaya untuk mampu mandiri, dalam arti mampu mengurus diri sendiri sampai dengan mengatur dan memenuhi kebutuhan serta tugasnya sehari-hari. Untuk itu diperlukan penguasaan situasi untuk menghadapi berbagai rangsangan yang dapat mengganggu kestabilan pribadinya.
Kekhususan kehidupan pribadi bermakna bahwa segala kebutuhan dirinya memerlukan pemenuhan dan terkait dengan masalah-masalah yang tidak dapat disamakan dengan individu yang lain. Oleh karenanya, setiap pribadi akan dengan sendirinya menampakkan cirri yang khas yang berbeda dengan pribadi yang lain. Di samping itu, dalam kehidupan ini diperlukan keserasian antara kebutuhan fisik dan nonfisiknya. Kebutuhan fisik tiap orang perlu pemenuhan, misalnya seseorang perlu bernapas dengan lega, perlu makan enak dan cukup, perlu kenikamatan, dan perlu keamanan. Berkaitan dengan aspek sosio-psikologis, setiap pribadi membutuhkan kemampuan untuk menguasai sikap dan emosinya serta sarana komunikasi untuk bersosialisasi. Hal itu semua akan tampak secara utuh dan lengkap dalam bentuk perilaku dan perbuatan yang mantap. Dengan demikian, masalah kehidupan pribadi merupakan bentuk integrasi antara factor fisik, sosial budaya, dan factor psikologis. Di samping itu, seorang individu juga membutuhkan pengakuan dari pihak lain tentang harga dirinya, baik dari keluarganya sendiri maupun dari luar keluarganya. Tiap orang mempunyai harga diri dan berkeinginan untuk selalu mempertahankan harga diri tersebut.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Pribadi
Perkembangan pribadi menyangkut perkembangan berbagai aspek, yang akan ditunjukan dalam perilaku. Perilaku seseorang yang menggambarkan perpaduan berbagai aspek itu terbentuk di dala lingkungan. Sebagaimana diketahui, lingkungan tempat anak berkembang sangat kompleks.
Seseorang individu, pertama tumbuh dan berkembang di lingkungan keluarga. Sesuai dengan tugas keluarga dalam melaksanakan misinya sebagai penyelenggara pendidikan yang bertanggung jawab, mengutamakan pembentukan pribadi anak. Dengan demikian, faktor utama yang mempengaruhi perkembangan pribadi anak adalah kehidupan keluarga beserta berbagai aspeknya. Seperti telah diuraikan di bagian terdahulu, perkembangan anak yang menyangkut perkembangan psikofisis dipengaruhi oleh : status sosial ekonomi, fisafat hidup keluarga, dan pola hidup keluarga seperti kedisiplinan, kepedulian terhadap kesehatan, dan ketertiban termasuk ketertiban menjalankan ajaran agama.
Bahwa perkembangan kehidupan seseorang ditentukan pula oleh faktor keturunan dan lingkungan aliran nativisme menyatakan bahwa seorang individu akan menjadi ”orang” sebagaimana adanya yang telah ditentukan oleh kemampuan an sifatnya yang dibawa sejak ia dilahirkan. Sedangkan aliran empirisme mengatakan sebaliknya bahwa seorang akan menjadi ”manusia” seperti yang dikehendakioleh lingkungan. Kedua aliran itu menggambarkan bahwa faktor bakat dan pengaruh lingkungan sama-sama mempunyai pengaruh terhadap perkembangan pribadinya. Pengaruh-pengaruh itu akan terpadu bersama-sama saling memberi andil ”menjadikan manusia sebagai manusia”. Aliran yang mengakui bahwa kedua aliran itu secara terpadu memberikan pengaruh terhadap kehidupan seseorang adalah aliran konvergensi. Proses pendidikan Indonesia menganut aliran ini, seperti dinyatakan oleh Ki Hadjar Dewantara yaitu ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
3. Perbedaan Individu dalam Perkembangan Pribadi
Lingkungan kehidupan sosial budaya yang mempengaruhi perkembangan pribadi seseorang amatlah kompleks dan heterogen. Baik lingkungan alami maupun lingkungan yang diciptakan untuk maksud pembentukan pribadi anak-anak dan remaja, masing-masing memiliki ciri yang berbeda-beda. Oleh karena itu, secara singkat dapat dikatakan bahwa perkembangan pribadi setiap individu berbeda-beda pula sesuai dengan lingkungan di mana mereka dibesarkan.
Dua orang anak yang dibesarkan di dalam satu keluarga akan menunjukkan sifat pribadi yang berbeda, karena hal itu ditentukan oleh bagaimana mereka masing-masing berinteraksi dan mengintegrasikan dirinya dengan lingkungannya.
4. Pengaruh Perkembangan Kehidupan Pribadi terhadap Tingkah Laku
Kehidupan merupakan rangkaian yang berkesinambungan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Keadaan kehidupan sekarang dipengaruhi oleh keadaan sebelumnya dan keadaan yang akan datang banyak ditentukan oleh keadaan kehidupan saat ini. Dengan demikian, tingkah laku seseorang juga dipengaruhi oleh hasil proses perkembangan kehidupan sebelumnya dan dalam perjalanannya berintegrasi dengan kejadian-kejadian saat sekarang.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa jika sejak awal perkembangan kehidupan pribadi terbentuk secara terpadu dan harmonis, maka dapat diharapkan tingkah laku yang merupakan pengejawantahan berbagai aspek pribadi itu akan baik. Kehidupan pribadi yang mantap memungkinkan seorang anak akan berperilaku mantap, yaitu : mampu menghadapi dan memecahkan berbagai permasalahan dengan pengendalian emosi secara matang, tertib, disiplin, dan penuh tanggung jawab.
5. Upaya Pengembangan Kehidupan Pribadi
Kehidupan pribadi yang merupakan rangkaian proses pertumbuhan dan perkembangan, perlu dipersiapkan dengan baik. Untuk itu perlu dilakukan pembiasaan dalam hal :
Hidup sehat dan teratur serta pemanfaatan waktu secara baik. Pengenalan dan pemahaman nilai dan moral yang berlaku di dalam kehidupan perlu ditanamkan secara benar.
Mengerjakan tugas dan pekerjaan praktis sehari-hari secar amandiri dengan penuh tanggung jawab.
Hidup bermasyarakat dengan melakukan pergaulan dengan sesama, terutama dengan teman sebaya. Menunjukkan gaya dan pola kehidupan yang baik sesuai dengan kultur yang baik dan dianut oleh masyarakat.
Cara-cara pemecahan masalah yang dihadapi. Menunjukkan dan melatih cara merespon berbagai masalah yang dihadapi.
Mengikuti aturan kehidupan keluarga dengan penuh tanggung jawab dan disiplin.
Melakukan peran dan tanggung jawab dalam kehidupan berkeluarga. Di dalam keluarga perlu dikembangkan sikap menghargai orang lain dan keteladanan.
Di samping perlu diciptakan suasana keteladanan oleh pihak-pihak yang berwewenang, seperti orang tua di dalam keluarga, guru di sekolah, dan tokoh masyarakat dalam kehidupan sosial. Dalam suasana ini yang perlu ditonjolkan antara lain adalah sifat sportif dan kejujuran, berjuang keras dengan berpegang pada prispi yang maton (dapat dipercaya)
B. Perkembangan Kehidupan Pendidikan dan Karier.
Sekolah
menyediakan pelajaran dasar yang belum bermakna sebagai pembekalan anak – anak
untuk siap bekerja dan belum terarah kepemberian keterampilan tertentu untuk
terjun ke dunia kerja di dalam masyarakat.
Sikap
remaja terhadap pendidikan sekolah banyak diwarnai oleh karakteristik guru yang
mengajarnya. Guru yang baik itu adalah guru yang akrab dengan siswanya dan
menolong siswa dalam hal pelajaran. Dalam hal ini guru memberikan bimbingan dan
menilai atas dasar objektivitas yang tidak disertai faktor emosional. Sekolah
bermaksud untuk mampu memberikan kepada para peserta didik “apa yang
sesuaidengan kebutuhannya dan keadaannya”.
Pencapaian
tingkat pendidikan dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan atau IQ. Dalam
kenyataannya IQ setiap orang berbeda-beda, hal itu berpengaruh terhadap pola
kehidupannya di dalam bidang pendidikan. Kehidupan pendidikan merupakan bagian
awal dari kehidupan karier, maka perbedaan kehidupan pendidikan tersebut
konsekuensinya akan membawa perbedaan individual di dalam kehidupan kariernya.
Orang tua perlu memahami kemajuan pendidikan baik di sekolah maupun di luar sekolah dan di luar keluarga karena dengan norma dan ketentuan yang tidak terlalu jauh berbeda antara rumah, sekolah, dan masyarakat dapat dicapai. Proses pemilihan kerja sebenarnya telah berlangsung sejak dini, di saat anak menetapkan pilihan sekolah. Remaja telah berkemampuan untuk menarik keputusan, sekalipun dasar pertimbangan yang digunakan belum cukup luas, terutama yang berkaitan dengan pandangan masa depan yang belum mantap.Oleh karena itu mereka masih memerlukan arahan atau bimbingan orang tua atau pembimbing. Faktor yang digunakan untuk menentukan pilihan pekerjaan antara lain :
1.
minat dan kemampuan
2. jenis kelamin
3. latar belakang orang tua
4. kondisi sosial ekonomi
5. jenis pekerjaan itu sendiri
Secara psikologis remaja telah cukup mampu untuk memikul tanggung jawab dan hidup mandiri dalam kehidupan bermasyarakat. Akan tetapi tidak semua remaja siap menghadapi kondisi masyarakat yang terus berkembang sehingga mereka belum memiliki konsep kehidupan masa depan. Hal ini akan berakibat mereka akan tampak tidak memiliki pendirian dan mengalami kesulitan memilih jenis pekerjaan serta tergantung kepada kelompok.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa remaja merupakan
transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, masa setengah baya dan masa
tua. Dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan
psikis. Remaja juga merupakan tahapan perkembangan yang harus dilewati dengan
berbagai kesulitan. Dalam tugas perkembangannya, remaja akan melewati beberapa
fase dengan berbagai tingkat kesulitan permasalahannya sehingga dengan
mengetahui tugas-tugas perkembangan remaja dapat mencegah konflik yang
ditimbulkan oleh remaja dalam keseharian yang sangat menyulitkan masyarakat,
agar tidak salah persepsi dalam menangani permasalahan tersebut. Pada masa ini
juga kondisi psikis remaja sangat labil. Karena masa ini merupakan fase
pencarian jati diri. Biasanya mereka selalu ingin tahu dan mencoba sesuatu yang
baru dilihat atau diketahuinya dari lingkungan sekitarnya, mulai lingkungan
keluarga, sekolah, teman sepermainan dan masyarakat. Semua pengetahuan yang
baru diketahuinya baik yang bersifat positif maupun negatif akan diterima dan
ditanggapi oleh remaja sesuai dengan kepribadian masing-masing. Remaja dituntut
untuk menentukan untuk membedakan yang terbaik dan yang buruk dalam kehidupannya.
Disinilah peran lingkungan sekitar sangat diperlukan untuk membentuk
kepribadian seorang remaja. Sebelum menentukan hal yang berpengaruh dalam
pembentukan kepribadian hendaknya kita pelajari dahulu tugas perkembangan
remaja dalam kehidupannya. Oleh karena itu, kami mencoba membahas mengenai
tugas perkembangan remaja baik secara umum maupun klasifikasinya secara khusus
yang berkenaan dengan kehidupan pribadi sebagai individu, kehidupan pendidikan
dan karier, serta kehidupan keluarga.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang kami
temukan dan akan kami bahas adalah:
1.2.1 Apa yang dimaksud
dengan tugas perkembangan remaja?
1.2.2 Bagaimana
klasifikasinya? Bagaimana karakteristiknya? Faktor apa saja yang mempengaruhi?
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah
ini adalah:
1.3.1 Untuk mengetahui
tugas perkembangan remaja secara umum.
1.3.2 Untuk mengetahui
klasifikasi tugas perkembangan remaja, karakteristik, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi.
1.4 Manfaat
Manfaat penulisan makalah
ini antara lain:
1.4.1 Dapat memahami tugas
perkembangan remaja secara umum.
1.4.2 Dapat memahami
pengklasifikasian tugas perkembangan remaja, karakteristik dan faktor-faktor
yang mempengaruhi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tugas Perkembangan Remaja
Secara umum tugas
perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya mengurangi atau bila mungkin
menghilangkan sama sekali sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha
untuk menepati kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun
tugas-tugas perkembangan masa remaja, menurut Hurlock dalam Mappiare (1992)
adalah berusaha agar:
1. Mampu menerima keadaan
fisiknya.
Pada periode pra-remaja,
anak tumbuh demikian cepat yang mengarah pada bentuk orang dewasa, diiringi
perkembangan sikap dan citra diri. Remaja diharapkan dapat menerima keadaan
diri sebagaimana adanya keadaan diri mereka sendiri, bukan khayalan dan impian.
2. Mampu menerima dan
memahami peran seks usia dewasa
Dalam masa remaja
diharapkan mereka menerima keadaan diri sebagai pria atau wanita dengan sifat
dan tanggung jawab kaumnya masing-masing. Sering kali terjadi ada remaja yang
menyesali diri sebagai pria atau wanita, terutama jika bentuk tubuh mereka
tidak memuaskan.
3. Mampu membina hubungan
baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis.
Akibat adanya kematangan seksual
yang dicapai sejak awal masa remaja, para remaja mengadakan hubungan sosial
terutama hubungan dengan lawan jenis merupakan suatu kewajaran. Dalam hal ini,
seorang remaja haruslah mendapat penerimaan dari kelompok teman sebaya lawan
jenis atau sesama jenis agar memperoleh rasa dibutuhkan dan rasa berharga.
4. Mencapai kemandirian
emosional.
Tugas perkembangan yang
harus dihadapi remaja adalah bebas dari ketergantungan emosional seperti dalam
masa kanak-kanak mereka. Dalam masa remaja, seseorang dituntut untuk tidak lagi
mengalami perasaan bergantung semacam itu.
5. Mencapai kemandirian
ekonomi.
Kesanggupan berdiri sendiri dalam hal yang berhubungan dengan ekonomi merupakan tugas perkembangan remaja yang penting, karena mereka akan hidup sebagai orang dewasa kelak.
Kesanggupan berdiri sendiri dalam hal yang berhubungan dengan ekonomi merupakan tugas perkembangan remaja yang penting, karena mereka akan hidup sebagai orang dewasa kelak.
6. Mengembangkan konsep
dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran
sebagai anggota masyarakat.
Sebagai hasil dari perpaduan unsur-unsur pertumbuhan biologis dan keragaman pengalaman dengan lingkungan, remaja dapat mengembangkan kemampuan mentalnya. Remaja sudah memiliki kemampuan untuk berfikir atau nalar tentang sesuatu yang berada di luar pengalamannya atau sistem nilai yang dimilikinya. Dengan kata lain , remaja sudah dapat memikirkan kemungkinan sesuatu yang abstrak secara sistematis untuk memecahkan suatu persoalan atau masalah.
Sebagai hasil dari perpaduan unsur-unsur pertumbuhan biologis dan keragaman pengalaman dengan lingkungan, remaja dapat mengembangkan kemampuan mentalnya. Remaja sudah memiliki kemampuan untuk berfikir atau nalar tentang sesuatu yang berada di luar pengalamannya atau sistem nilai yang dimilikinya. Dengan kata lain , remaja sudah dapat memikirkan kemungkinan sesuatu yang abstrak secara sistematis untuk memecahkan suatu persoalan atau masalah.
7. Memahami dan
menginternalisasi nilai-nilai orang dewasa dan orang tua
8. Mengembangkan perilaku
tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa
Proses pengikatan individu kepada kelompok sosialnya telah berkembang sejak lahir. Proses ini diperluas selama masa anak dan remaja. Remaja yang mengikuti kegiatan keagamaan akan dapat mengembangkan sikap batin atau sikap keterikatan sosialnya terhadap orang lain.
Proses pengikatan individu kepada kelompok sosialnya telah berkembang sejak lahir. Proses ini diperluas selama masa anak dan remaja. Remaja yang mengikuti kegiatan keagamaan akan dapat mengembangkan sikap batin atau sikap keterikatan sosialnya terhadap orang lain.
9. Mempersiapkan diri
untuk memasuki perkawinan.
Sikap remaja terhadap pernikahan ternyata beragam, sebagian remaja bersifat antagonistik (menentang dan merasa takut) dan sebagian lainnya menerimanya dengan sikap positif.
Sikap remaja terhadap pernikahan ternyata beragam, sebagian remaja bersifat antagonistik (menentang dan merasa takut) dan sebagian lainnya menerimanya dengan sikap positif.
10. Memahami dan
mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.
Tugas-tugas fase perkembangan remaja ini amat berkaitan dengan perkembangan kognitifnya, yaitu fase operasional formal. Kematangan pencapaian fase kognitif akan sangat membantu kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya itu dengan baik. Agar dapat memenuhi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan, diperlukan kemampuan kreatif remaja yang diwarnai oleh perkembangan kognitifnya.
Tugas-tugas fase perkembangan remaja ini amat berkaitan dengan perkembangan kognitifnya, yaitu fase operasional formal. Kematangan pencapaian fase kognitif akan sangat membantu kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya itu dengan baik. Agar dapat memenuhi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan, diperlukan kemampuan kreatif remaja yang diwarnai oleh perkembangan kognitifnya.
2.2 Klasifikasi Tugas Perkembangan Remaja
Tugas-tugas perkembangan
remaja terdiri dari 3 bagian yaitu, tugas perkembangan remaja berkenaan dengan
kehidupan pribadi sebagai individu, pendidikan dan karier, serta dalam
kehidupan berkeluarga kelak. Berikut ini merupakan uraian dari masing-masing
bagian tersebut beserta karakteristik dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2.2.1 Kehidupan pribadi sebagai individu
Kehidupan pribadi sangat
rumit dan kompleks sehingga sulit untuk dirumuskan. Sebagai makhluk individu,
seseorang menyadari bahwa dalam kehidupannya memiliki kebutuhan yang diperuntukkan
bagi kepentingan diri secara pribadi, baik fisik maupun nonfisik. Dalam
pertumbuhan fisiknya, manusia memerlukan kekuatan dan daya tahan tubuh serta
perlindungan keamanan fisiknya. Kondisi;i fisik amat penting dalam perkembangan
dan pembentukan pribadi seoseorang.
Kehidupan pribadi seorang
individu merupakan kehidupan yang utuh dan lengkap dan memiliki ciri khusus dan
unik. Kehidupan pribadi seseorang menyangkut berbagai aspek, antara lain aspek
emosional, sosial psikologis dan sosial budaya, dan kemampuan intelektual.
Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan aspek tersebut adalah kehidupan
keluarga beserta berbagai aspeknya, yang meliputi:
v Status sosial ekonomi,
v Filsafat hidup keluarga,
v Pola hidup keluarga.
Selain itu faktor lain
yang berpengaruh yaitu faktor keturunan dan lingkungan yang sesuai dengan
aliran nativisme, empirisme, dan konvergensi.
v Aliran nativisme
menyatakan bahwa perkembangan seorang individu ditentukan oleh kemampuan dan
sifat yang dibawa sejak dilahirkan
v Aliran empirisme
menyatakan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh lingkungan tempat ia
berkembang, jadi bisa dikatakan seorang individu akan berkembang sesuai dengan
kehendak lingkungan.
v Aliran konvergensi
menyatakan bahwa perkembangan seorang individu dipengaruhi oleh kemampuan dan
sifat yang dibawa sejak lahir dan lingkungan tempat ia dibesarkan, dengan kata
lain aliran ini merupakan penggabungan antara aliran nativisme dan aliran
empirisme.
2.2.2 Kehidupan Pendidikan dan Karier
Pada hakikatnya manusia
selalu ingin tahu, maka atas dasar hakikat tersebut manusia senantiasa belajar
untuk mencari tahu hal-hal yang ada di sekitarnya. Banyak bangsa yang mengikuti
prinsip pendidikan seumur hidup, yang artinya adalah manusia itu senantiasa
belajar sepanjang hayatnya.
Kehidupan pendidikan
merupakan pengalaman proses belajar yang dihayati sepanjang hidupnya, baik
melalui badan pendidikan formal maupun nonformal. Berkaitan dengan perkembangan
peserta didik, kehidupan pendidikan yang dimaksud adalah sesuatu yang dialami
oleh remaja sebagai peserta didik dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan
kehidupan masyarakat. Sedangkan kehidupan karier merupakan pengalaman seseorang
dalam dunia kerja. Seperti dikatakan oleh Garrison (1956), bahwa setiap tahun
terdapat jutaan pemuda dan pemudi memasuki dunia kerja di seluruh dunia.
Peristiwa seseorang rernaja masuk ke dunia kerja itu merupakan awal pengalaman
dalam kehidupan berkarya (berkarier). Pada hakikatnya kehidupan remaja dalam
pendidikan merupakan awal kehidupan kariemya.
Cita-cita tentang jenis
pekerjaan di masa yang akan datang merupakan faktor penting dan merupakan
langkah awal dalam kehidupan pendidikan dan kariernya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan pendidikan dan karier adalah:
1. Faktor sosial-ekonomi,
kondisi sosial yang menggambarkan status orang tua dan kemampuan orang tua
dalam membiayai pendidikan anaknya
2. Faktor lingkungan,
terdiri atas 3 hal:
Ø Lingkungan kehidupan
masyarakat, hal ini akan membentuk sikap anak dalam menentukan pola kehidupan dan
mempengaruhi pola pikirnya tentang pendidikan dan kariernya
Ø Lingkungan kehidupan
sekolah, kondisi sekolah merupakan lingkungan yang langsung berpengaruh
terhadap kehidupan pendidikan dan karier remaja
Ø Lingkungan teman sebaya,
pergaulan teman sebaya akan berpengaruh secara langsung terhadap kehidupan
pendidikan masing-masing remaja
3. Faktor pandangan hidup,
merupakan bagian yang terbentuk karena lingkungan.
2.2.3 Kehidupan Keluarga
Tugas perkembangan remaja
dalam hubungannya dengan persiapan mereka untuk memasuki kehidupan baru, yaitu
kehidupan berkeluarga. Pada pembahasan sebelumnya telah diuraikan bahwa secara
biologis pertumbuhan remaja telah mencapai kematangan seksual dan telah siap
melakukan fungsi produksi. Kematangan fungsi seksual tersebut berpengaruh
terhadap dorongan seksual remaja dan mulai tertarik kepada lawan jenis.
Garrison (1956) menyatakan bahwa dorongan seksual pada masa remaja cukup kuat,
sehingga perlu dipersiapkan secara mantap tentang hal-hal yang berhubungan
dengan perkawinan, karena masalah tersebut mendasari pemikiran mereka untuk
mulai menetapkan pasangan hidupnya.
Berkenaan dengan upaya
untuk menetapkan pilihan pasangan hidup, perkembangan sosial psikologis remaja
ditandai dengan upaya menarik lawan jenis dengan berbagai cara yang ditunjukkan
dalam bentuk perilaku. Dalam situasi pergaulan yang khusus atau berkencan,
seorang gadis hendaknya bersikap pasif dan perjaka yang lebih bersikap aktif.
Pada umumnya remaja, khususnya wanita, tidak mengalami kesulitan untuk menerima
tugas tersebut. Hanya sebagian kecil dari mereka mengalami sedikit kesulitan.
Hampir setiap remaja mempunyai dua tujuan utama, pertama
menemukan jenis pekerjaan yang sesuai, kedua menikah dan membangun sebuah rumah
tangga (keluarga). Hal ini tidak selalu harus muncul dalam aturan tertentu,
tetapi perlu diketahui bahwa seorang remaja akan mengalami “jatuh cinta” di
dalam kehidupannya setelah mencapai usia belasan tahun (Garrison, 1956: 48)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tugas-tugas perkembangan remaja yang meliputi tugas
kehidupan pribadi sebagai individu, kehidupan pendidikan dan karier, serta
kehidupan keluarga merupakan langkah awal seorang remaja dalam melaksanakan
kehidupan bermasyarakat agar diterima sebagai individu yang mandiri dan mampu
beradaptasi dengan berbagai kondisi masyarakat yang sangat kompleks.
3.2 Saran-saran
Masa remaja adalah tindak lanjut dari masa kanak-kanak yang
diawali dengan masa perubahan yang sering disebut dengan masa pubertas. Di Masa
inilah peserta didik itu mulai gencar mencari tahu sesuatu yang menurut mereka
masih asing dalam kehidupan mereka. Di masa ini pula sebaiknya
pengekangan-pengekangan yang diterapkan di masa kanak-kanak hendaknya
dikurangi. Karena biasanya anak-anak pada masa ini mulai mengerti mengapa di
waktu kecil mereka dilarang untuk melakukan sesuatu yang bisa disebut tidak
pantas.mereka akan mulai mengetehui masalah-masalah yang ada dalam kehidupan.
Disini orang tua berperan sebagai penasihat sekaligus pengawas tingkah laku
anak agar anak itu bisa mawas diri dan juga tidak ceroboh dalam mengambil suatu
keputusan.
Daftar Pustaka
Hurlock, E.B. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga, 1990.
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta : C.V. Rajawali, 1991
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Peserta
didik adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, ia membutuhkan orang lain
untuk dapat tumbuh kembang menjadi manusia yang utuh. Dalam perkembangannya,
pendapat dan sikap peserta didik dapat berubah karena interaksi dan saling
berpengaruh antar sesama peserta didik maupun dengan proses sosialisasi. Dengan
mempelajari perkembangan hubungan sosial diharapkan dapat memahami pengertian
dan proses sosialisasi peserta didik.
Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat
sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang
lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman
bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain
telah dirasakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal
manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan
arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar
suara keras) dan kasih sayang.
Perkembangan sosial pada masa remaja
berkembang kemampuan untuk memahami orang lain sebagai individu yang unik.
Baikmenyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai atau perasaan
sehinggamendorong remaja untuk bersosialisasi lebih akrab dengan
lingkungansebaya atau lingkungan masyarakat baik melalui persahabatan
ataupercintaan. Pada masa ini berkembangan sikap cenderung menyerah
ataumengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran, keinginan
oranglain. Ada lingkungan sosial remaja (teman sebaya) yang menampilkansikap
dan perilaku yang dapat dipertanggung jawabkan misalnya: taatberibadah, berbudi
pekerti luhur, dan lain-lain. Tapi ada juga beberaparemaja yang terpengaruh
perilaku tidak bertanggung jawab temansebayanya, seperti : mencuri, free sex,
narkotik, miras, dan lain-lain.Remaja diharapkan memiliki penyesuaian sosial
yang tepat dalam artikemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas
sosial, situasidan relasi baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Masa dewasa, yang merupakan masa tenang
setelah mengalami berbagai aspek gejolak perkembangan pada masa remaja.
Meskipun segi-segi yang dipelajari sama tetapi isi bahasannya berbeda, karena
masa dewasa merupakan masa pematangan kemampuan dan karakteristik yang telah dicapai
pada masa remaja. Oleh karena itu, perkembangan sosial orang dewasa tidak akan
jauh berbeda kaitannya dengan perkembangan sosial remaja.
Dari hal-hal yang diuraikan di atas maka
penyusun ingin membuat makalah dengan judul “Karakteristik Perkembangan Sosial
dan Kepribadian Masa Kanak-Kanak, Anak, Remaja, dan Dewasa serta Implikasinya
dalam Pendidikan”.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas,
penyusun merumuskan rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apa
yang dimaksud dengan perkembangan sosial?
2. Apa
saja karakteristik perkembangan sosial anak, remaja, dan dewasa?
3. Apakah
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial?
4. Bagaimana
pengaruh perkembangan sosial terhadap tingkah laku?
5. Mengapa
dan bagaimana perkembangan sosial seseorang dijadikan implikasi terhadap
penyelenggaraan pendidikan?
6. Apa
yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian?
7. Apa
saja faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian?
8. Apa
saja karakteristik perkembangan kepribadian anak, remaja, dan dewasa?
C. Tujuan
Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas,
makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan perkembangan sosial.
2. Untuk
mengetahui karakteristik perkembangan sosial anak sampai dewasa.
3. Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial.
4. Untuk
mengetahui pengaruh perkembangan sosial terhadap tingkah laku seseorang.
5. Untuk
mengetahui alasan dan implikasi perkembangan sosial terhadap penyelenggaraan
pendidikan.
6. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian.
7. Untuk
mengetahui karakteristik kepribadian yang sehat dan tidak sehat.
8. Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian.
9. Untuk
mengetahui karakteristik kepribadian anak sampai dewasa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Perkembangan Sosial
Hubungan sosial merupakan hubungan
antarmanusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang
sederhana yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa,
kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian, tingkat hubungan sosial
juga berkembang menjadi amat kompleks. Pada jenjang perkembangan remaja,
seorang remaja bukan saja memerlukan orang lain demi memenuhi kebutuhan
pribadinya, tetapi mengandung maksud untuk disimpulkan bahwa pengertian
perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antar manusia
sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia.
Syamsu Yusuf (2007) menyatakan bahwa
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial.
Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagao proses belajar untuk
menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisimeleburkan
diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.
Pada awal manusia dilahirkan belum
bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi
dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan
pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain
telah dirsakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal
manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan
arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar
suara keras) dan kasih sayang. Sunarto dan Hartono (1999) menyatakan bahwa:
Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan
hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari
tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana.
Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan
dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat kompleks.
B. Karakteristik
Perkembangan Sosial Anak, Remaja dan Dewasa
Pada usia ini anak mulai
memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap yang
kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan
orang lain).
Berkat perkembangan
sosial anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebayanya maupun
dengan lingkungan masyarakat sekitarnya. Dalam proses belajar di sekolah,
kematangan perkembangan sosila ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan
memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik maupun
tugas yang membutuhkan pikiran. Hal ini dilakukan agar peserta didik belajar
tentang sikap dan kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati dan
betanggung jawab.
Pada masa remaja
berkembang ”social cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami orang
lain. Ramaja memahami orang lain sebagi individu yang unik, baik menyangkut
sifat pribadi, minat,nilai-nilai, maupun perasaannya.
Pada masa ini juga
berkembang sikap ”conformity”, yaitu kcenderungan untuk menyerah atau
megikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain
(teman sebaya).
Apabila kelompok teman
sebaya yang diikuti menampilkan sikap dan perilaku yang secara moral dan agama
dapat dipertanggungjawabkan maka kemungkinan besar remaja tersebut akan menampilkan
pribadinya yang baik. Sebaliknya, apabila kelompoknya itu menampilkan sikap dan
perilaku yang melecehkan nilai-nilai moral maka sangat dimungkinkan remaja akan
melakukan perilaku seperti kelompoknya tersebut.
Selama masa dewasa,
dunia sosial dan personal dari individu menjadi lebih luas dan kompleks
dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada masa dewasa ini, individu
memasuki peran kehidupan yang lebih luas. Pola dan tingkah laku sosial orang
dewasa berbeda dalam beberapa hal dari orang yang lebih muda. Perbedaan
tersebut tidak disebabkan oleh perubahan fisik dan kognitif yang berkaitan
dengan penuaan, tetapi lebih disebabkan oleh peristiwa-peristiwa kehidupan yang
dihubungkan dengan keluarga dan pekerjaan. Selam periode ini orang melibatkan diri
secara khusus dala karir, pernikahan dan hidup berkeluarga. Menurut Erikson,
perkembangan psikososial selama masa dewasa dan tua ini ditandai dengan tiga
gejala penting, yaitu keintiman, generatif dan integritas.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu: keluarga, kematangan anak, status ekonomi keluarga,
tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan inteligensi.
1. Keluarga
Keluarga
merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek
perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara
kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di
dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada
dasarnya keluarga merekayasa perilaku
kehidupan anak.
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga.
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga.
2. Kematangan Anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik
dan psikis. Untuk mampu mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan
menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional.
Di samping itu, kemampuan berbahasa ikut pula menentukan.
Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
3. Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh
kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat.
Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi
akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak
siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan
kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya.
Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.
Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.
4. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak
yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang
normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan
kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus diartikan
bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan
kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan
kepada peserta didik yang belajar di
kelembagaan pendidikan(sekolah).
Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa(nasional) dan norma kehidupan antarbangsa. Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa(nasional) dan norma kehidupan antarbangsa. Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
5. Kapasitas Mental, Emosi, dan Intelegensi
Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak
hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang
berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh
karena itu kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan
pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam
perkembangan sosial anak.
Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.
Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.
D. Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku
Dalam perkembangan sosial anak, mereka dapat
memikirkan dirinya dan orang lain. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang
sering mengarah kepenilaian diri dan kritik dari hasil pergaulannya dengan
orang lain. Hasil pemikiran dirinya tidak akan diketahui oleh orang lain,
bahkan sering ada yang menyembunyikannya atau merahasiakannya.
Pikiran anak sering dipengaruhi oleh ide-ide
dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang lain,
termasuk kepada orang tuanya. Kemampuan abstraksi anak sering menimbulkan
kemampuan mempersalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan
bagaimana yang semstinya menurut alam pikirannya.
Disamping itu pengaruh egoisentris sering
terlihat, diantaranya berupa :
1. Cita-cita
dan idealisme yang baik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri,
tanpa memikirkan akibat labih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis
yang mungkin menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.
2. Kemampuan
berfikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain dalam
penilaiannya.
Melalui banyak pengalaman dan
penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapat orang lain, maka
sikap ego semakin berkurang dan diakhir masa remaja sudah sangat kecil rasa
egonya sehingga mereka dapat bergaul dengan baik.
E. Implikasi
Perkembangan Sosial terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Remaja yang dalam masa mencari dan ingin menentukan jati dirinya
memiliki sikap yang terlalu tinggi menilai dirinya atau sebaliknya. Mereka
belummemahami benar tentang norma-norma social yang berlaku di dalam kehidupan
bermasyarakat. Keduanya dapat menimbulkan hubungan social yang kuarang serasi,
karena mereka sukar untuk menerima norma sesuai dengan kondisi dalam kelompok
atau masyarakat. Sikap menentang dan sikap canggung dalam pergaulan akan
merugikan kedua belah pihak. Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya pengembangan
hubungan social remaja yang diawali dari lingkungan keluarga, sekolah serta
lingkungan masyarakat.
1. Lingkungan Keluarga
Orang tua hendaknya mengakui kedewasaan
remaja dengan jalan memberikan kebebasan terbimbing untuk mengambil keputusan
dan tanggung jawab sendiri. Iklim kehidupan keluarga yang memberikan kesempatan
secara maksimal terhadp pertumbuhan dan perkembangan anak akan dapat membantu
anak memiliki kebebasan psikologis untuk mengungkapkan
perasaannya. Dengan cara demikian, remaja akan merasa bahwa dirinya
dihargai, diterima, dicintai, dan dihormati sebagai manusia oleh
orang tua dan anggota keluarga lainnya.
Dalam konteks bimbingan orang tua terhadap
remaja, Hoffman (1989) mengemukakan tiga jenis pola asuh orang tua yaitu :
a) Pola
asuh bina kasih (induction)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua
dalam mendidik anaknya dengan senantiasa memberikan penjelasan yang masuk akal
terhadap setiap keputusan dan perlakuan yang diambil oleh anaknya.
b) Pola
asuh unjuk kuasa (power assertion)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua
dalam mendidik anaknya dengan senantiasa memaksakan kehendaknya untuk dipatuhi
oleh anak meskipun anak tidak dapat menerimanya.
c) Pola
asuh lepas kasih (love withdrawal)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua
dalam mendidik anaknya dengan cara menarik sementara cinta kasihnya ketika anak
tidak menjalankan apa yang dikehendaki orang tuanya, tetapi jika anak sudah mau
melaksanakan apa yang dihendaki orang tuanya maka cinta kasihnya itu
dikembalikan seperti sediakala. Dalam konteks pengembangan kepribadian remaja,
termasuk didalamnya pengembangan hubungan sosial, pola asuh yang disarankan
oleh Hoffman (1989) untuk diterpakan adalah pola asuh bina kasih (induction).
Artinya, setiap keputusan yang diambil oleh orang tua tentang anak remajanya
atau setiap perlakuan yang diberikan orang tua terhadap anak remajanya harus
senantiasa disertai dengan penjelasan atau alasan yang rasional. Dengan cara
demikian, remaja akan dapat mengembangkan pemikirannya untuk kemudian mengambil
keputusan mengikuti atau tidak terhadap keputusan atau perlakuan orang tuanya
2. Lingkungan Sekolah
Di dalam mengembankan hubungan social remaja,
guru juga harus mampu mengembangkan proses pendidikan yang bersifat demokratis,
guru harus berupaya agar pelajaran yang diberikan selalu cukup menarik minat
anak, sebab tidak jarang anak menganggap pelajaran yang diberikan oleh guru
kepadanya tidak bermanfaat. Tugas guru tidak hanya semata-mata mengajar tetapi
juga mendidik. Artinya, selain menyampaikan pelajaran sebagai upaya mentransfer
pengetahuan kepada peserta didik, juga harus membina para peserta didik menjadi
manusia dewasa yang bertanggung jawab. Dengan demikian, perkembangan hubungan
sosial remaja akan dapat berkembang secara maksimal.
3. Lingkungan
Masyarakat
a) Penciptaan
kelompok sosial remaja perlu dikembangkan untuk memberikan rangsang kepada
mereka kearah perilaku yang bermanfaat.
b) Perlu
sering diadakan kegiatan kerja bakti , bakti karya untuk dapat mempelajari
remaja bersosialisasi sesamanya dan masyarakat.
F. Pengertian
Perkembangan Kepribadian
Secara etimologis, kepribadian merupakan
terjemahan dari Bahasa Inggris “personality”. Sedangkan istilah personality secara
etimologis berasal dari Bahasa Latin “person” (kedok) dan “personare”
(menembus). Persona biasanya dipakai oleh para pemain sandiwara pada zaman kuno
untuk memerankan satu bentuk tingkah laku dan karakter pribadi tertentu.
Sedangkan yang dimaksud dengan personare adalah bahwa para pemain sandiwara itu
dengan melalui kedoknya berusaha menembus keluar untuk mengekspresikan satu
bentuk gambaran manusia tertentu. Misalnya, seorang pemurung, pendiam, periang,
peramah, pemarah, dan sebagainya. Jadi, persona itu bukan pribadi pemain itu
sendiri, tetapi gambaran pribadi dari tipe manusia tertentu dengan melalui
kedok yang dipakainya.
G. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kepribadian
Kepribadian dipengaruhi oleh berbagai faktor,
baik hereditas (pembawaan) maupun lingkungan (seperti fisik, sosial,
kebudayaan, spiritual).
1. Fisik.
Faktor fisik yang dipandang mempengaruhi perkembangan kepribadian adalah postur
tubuh (langsing, gemuk, pendek atau tinggi), kecantikan (cantik atau tidak
cantik), kesehatan (sehat atau sakit-sakitan), keutuhan tubuh (utuh atau
cacat), dan keberfungsian organ tubuh.
2. Intelegensi.
Tingkat intelegensi individu dapat mempengaruhi perkembangan kepribadiannya.
Idividu yang intelegensinya tinggi atau normal biasa mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungannya secara wajar, sedangkan yang rendah biasanya sering
mengalami hambatan atau kendala dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
3. Keluarga.
Suasana atau iklim keluarga sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak.
Seorang anak yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang harmonis dan agamis,
dalam arti orang tua memberikan curahan kasih sayang, perhatian serta bimbingan
dalam kehidupan berkeluarga, maka perkembangan kepribadian anak tersebut
cenderung positif. Adapun anak yang dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang
broken home, kurang harmonis, orangtua bersikap keras terhadap anak atau tidak
memperhatikan nilai-nilai agama dalam keluarga, maka perkembangan
kepribadiannya cenderung akan mengalami distorsi atau mengalami kelainan dalam
penyesuaian dirinya.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan uraian bab sebelumnya penulis
dapat mengemukakan simpulan sebagai berikut.
1. Perkembangan
social adalah berkembangnya tingkat hubungan antarmanusia sehubungan dengan
meningkatnya kenutuhan hidup manusia.
2. Perhatian
remaja mulai tertuju pada pergaulan di dalam masyarakat dan mereka membutuhkan
pemahaman tentang norma kehidupan yang kompleks. Pergaulan remaja banyak
diwujudkan dalam bentuk kehidupan kelompok terutama kelompok sebaya.
3. Perkembangan
anak remaja dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu : kondisi keluarga,
kematangan anak, status social ekonomi keluarga, pendidikan, dan kapasitas
mental terutama intelek dan emosi.
4. Hubungan
sosial remaja terutama yang berkaitan dengan proses penyesuaian diri
berpengaruh terhadap tingkah laku, seperti remaja keras, remaja yang
mengisolasi diri, remaja yang bersifat egois dan sebagainya.
5. Pertumbuhan dan perkembangan manusia dimulai sejak
terjadinya konsepsi yaitu pertemuan antara ovum dan sperma, pertumbuhan dan
perkembangan berlangsung terus dalam kandungan kemudian lahir sampai usia tua
dan akhirnya berjhenti pada kematian.
6. Dari lahir sampai tua perkembangan dibagi dalam
empat periode yaitu periode anak, periode remaja, periode dewasa dan periode
tua dimana masing-masing periode tidak berdiri sendiri secara terpisah
melainkan saling berkaitan. Periode yang mendahului
merupakan dasar bagi periode berikutnya dan masing-masing periode memiliki
karakteristik sendiri-sendiri.
B. Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, penyusun
menyarankan setiap calon pendidik dapat memahami konsep perkembangan sosial
peserta didiknya.
Daftar Pustaka
Kurnia, inggrid dkk. 2007. Perkembangan
Belajar Peserta Didik. Tidak diterbitkan.
Sunarto &
Hartono. 1995. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
______. 2010. Perkembangan Hubungan
Sosial Remaja. (Online). (http://prince-mienu.blogspot.com/2010/01/makalah-tentang-perkembangan-hubungan.html). Diakses tanggal 2 Nopember 2010.
_______. 2007. Perkembangan
Sosial Anak. (Online). (http://h4md4ni.wordpress.com/perkembang-anak/). Diakses tanggal 2 Nopember 2010.
_______. 2010. Perkembangan Hubungan
Sosial. (Online). (http://www.g-excess.com/id/makalah-dan-pengertian-hubungan-sosial.html). Diakses tanggal2 Nopember 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar